Selasa, 21 Oktober 2014

RENUNGAN HATI

Allah befirman,
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawabannya." (Al-Israa': 36).
Karena hati bagi segenap anggota tubuh laksana raja yang mengatur
bala tentaranya, yang semua perbuatan berasal dari perintahnya, lalu ia
gunakan sekehendaknya, sehingga semua berada di bawah kekuasaan
dan perintahnya, dan daripadanya sebab istiqamah dan kesesatan, serta
daripadanya pula niat termotivasi atau pudar. Maka, karena itu semualah
sehingga Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging,
jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh.m)
*) Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari An-Nu'man bin Basyir Radhiyallahu Anhu
dalam hadits, 'Yang halal itu telah jelas dan yang haram juga telah jelas dan antara
keduanya adalah perkara-perkara syubhat."
XXXVI Melumpuhkan Senjata Syetan Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin
Jadi, hati itulah rajanya. Dialah pelaksana dari apa yang diperintahkan,
yang menerima hidayah-Nya, dan tidaklah suatu amalan menjadi lurus
dan benar kecuali bersumber dari tujuan dan maksudnya. Hati inilah yang
paling bertanggung jawab terhadap semuanya ini, sebab setiap pemimpin
akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, perhatian
untuk meluruskan dan membenarkan hati merupakan sesuatu yang dipri-
oritaskan oleh para salik (pencari kebenaran) dan mendeteksi serta meng-
obati berbagai penyakitnya merupakan prioritas menurut para nasik (ahli
ibadah).
Ketika musuh Allah, iblis mengetahui bahwa poros dan sandarannya
adalah hati maka ia membisik-bisikinya, menawannya dengan berbagai
bentuk syahwat, menggodanya dalam berbagai keadaan dan amalan yang
menghalanginya dari jalan yang benar, menghamparkan sebab-sebab ke-
sesatan yang memutuskannya dari sebab-sebab taufiq dan memasang
untuknya jaring-jaring dan tali-tali yang jika ia selamat dari terjerumus ke
dalamnya ia tidak akan selamat dari menemui berbagai rintangan. Dan
tidak ada keselamatan dari perangkap jaring-jaringnya dan berbagai tipu
dayanya kecuali dengan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah,
mencari sebab-sebab keridhaan-Nya, menyandarkan dan menghampiri-
Nya dalam setiap gerak diamnya had dan menegaskan hinanya keham-
baan diri di hadapan-Nya, hal yang ia merupakan sesuatu yang paling
utama untuk disandang manusia sehingga ia masuk dalam jaminan ayat,
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terha-
dap mereka." (Al-Hijr: 42).
Inilah yang akan memutuskan antara hamba dengan syetan. Dan bila
itu terjadi maka merupakan sebab bagi terealisirnya maqam ubudiyah
(kehambaan) kepada Tuhan semesta alam serta merupakan manifestasi
kebaikan hati, keikhlasan amal dan keyakinan yang terus-menerus. Jika
hakikat ubudiyah dan keikhlasan telah merasuk ke dalam had maka orang
itu di sisi Allah termasuk orang-orang yang dekat dengan-Nya, dan dengan
demikian ia akan termasuk pada pengecualian ayat,
"Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (Shaad:
83).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar