- Mengucap Basmallah.
- Mencuci kedua tangan
- Berkumur kumur dan menghirup air dengan hidung
"Dari Abdullah bin Zaid r.a. tentang dia mengajarkan (tata cara) wudhu’ Rasulullah saw., di mana dia berkumur-kumur dan instisyaq dari satu telapak tangan. Dia berbuat demikian (sebanyak) tiga kali." (Shahih: Mukhtashar Muslim no:125, dan Muslim I:210 no:235). - Mengusap kedua telinga luar
- Menyela-nyela jari
- Membersihkan janggut dan kumis (kalau ada)
- Mendahulukan yang kanan Aisyah r.a. yang mengatakan, "Adalah Rasulullah saw. mencintai mendahulukan anggota yang kanan dalam hal mengenakan alas kaki, menyisir, bersuci dan dalam seluruh ihwahnya." (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari I: 269 no:168, Muslim I: 226 no:268, Nasa’i I:78).
- Mengulang 3 kali sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Utsman bin Affan ra (pada awal
pembahasan wudhu’) bahwa Nabi SAW berwudhu’ tiga kali, namun ada juga
riwayat yang sah yang menyatakan, "Bahwa Nabi saw. pernah berwudhu’ satu
kali satu dan kali dua kali dua kali." (Hasan shahih: Shahih Abu Daud
no:124, Fathul Bari I:258 no:158 dari hadits Abdullah bin Zaid ‘Aunul
Ma’bud I:230 no:136, Tirmidzi I:31 no:43 dari hadits Abu Hurairah).
- Hemat dalam menggunakan air
- Membaca Doa sesudah wudhu (minimal syahadain) Sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Nabi saw. "Tak seorangpun di antara kalian yang berwudhu’ dengan sempurna, lalu mengucapkan (do’a) "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, wa asyhadu anna muhammadan ’abduhu wa rasuuluh (Aku bersaksi bahwa tiada Ilah (yang patut diibadahi) keuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya; dan aku bersaksi, bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya)." melainkan pasti dibukalah baginya pintu-pintu surga yang delapan, ia boleh masuk dari pintu mana saja yang dikehendakinya." (Shahih: Mukhtasharu Muslim No: 143 Muslim 1:209 no:234).
- Lakukan solat sunnah wudhu Hal ini didasakan pada pernyataan Utsman bin Affan r.a. sesudah mengajar sahabat yang lain tentang wudhu’nya Nabi saw., "Aku pernah melihat Nabi saw. berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, seraya bersabda,"Barangsiapa yang berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, kemudian berdiri lalu ruku’ dua raka’at dengan ikhlas dan khusyu’ diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaqun ‘alaih 1:204 no:226, dan Lafadzh baginya Fathul Bari I:226 no:164, ‘Aunul Ma’bud I:180 no:106, Nasa’i I:64).
- Menyempurnakan Wudhu "Barangsiapa berwudhu dengan menyempurnakan wudhunya ,maka akan keluar semua kesalahan dari dalam tubuh-nya,bahkan sampai keluar dari bawah kuku kukunya."(HR Muslim)
Jumat, 14 November 2014
Sunnah dalam Wudhu..
Dibalik bulan Shofar
Dibalik Bulan Safar / shofar / Sapar
Kira-kira dua minggu lagi kita akan memasuki bulan safar. BULAN Safar adalah bulan kedua mengikut perkiraan kalendar Islam yang berdasarkan tahun Qamariah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab sering meninggalkan rumah mereka menjadi kosong karena melakukan serangan dan menuntut pembalasan kepada musuh-musuh mereka. Antara peristiwa-peristiwa penting yang berlaku dalam sejarah Islam pada bulan ini ialah Peperangan Al-Abwa pada tahun kedua Hijrah, Peperangan Zi-Amin tahun ketiga Hijrah dan Peperangan Ar-Raji (Bi’ru Ma’unah) pada tahun keempat Hijrah. Di dalam bulan ini juga ada di kalangan umat Islam mengambil kesempatan melakukan perkara-perkara bidaah dan khurafat yang bertentangan dengan syariat Islam. Ini karena menurut kepercayaan turun-temurun setengah orang Islam yang jahil, bulan Safar ini merupakan bulan turunnya bala bencana dan mala-petaka, khususnya pada hari Rabu minggu terakhir (sering dikenal sebagai rebo wekasan). Oleh sebab itu setiap tahun mereka akan melakukan amalan-amalan karut sebagai cara untuk menolak bala yang dipercayai mereka itu.Antara amalan khurafat yang pernah muncul di alam Melayu ialah upacara Pesta Mandi Safar. Amalan ini menjadi populer pada waktu dahulu. Apabila tiba bulan Safar, umat Islam terutamanya yang tinggal berdekatan dengan pantai atau sungai akan mengadakan upacara mandi beramai-ramai dengan kepercayaan perbuatan berkenaan bisa menghapus dosa dan menolak bala. Biasanya amalan ini dilakukan pada hari Rabu minggu terakhir dalam bulan Safar. Selain amalan tersebut, kebanyakan umat Islam pada masa ini, khususnya orang-orang tua di negara ini tidak mahu mengadakan majlis pernikahan dalam bulan Safar karena mereka berpendapat dan mempercayai bahwa kedua pengantin nanti tidak akan mendapat keturunan. Amalan dan kepercayaan seperti itu jelas bertentangan dengan syariat Islam serta bisa menyebabkan rusaknya akidah. Sebenarnya bala bencana itu tidaklah berlaku hanya pada bulan Safar saja. Kepercayaan rusak itu telah ditolak dan dilarang dengan kerasnya oleh agama Islam sebagaimana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat At-Taubah ayat 51 : “Katakanlah (wahai Muhammad), tidak sekali-kali akan menimpa kamu sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kamu. Dialah pelindung yang menyelamatkan kami dan (dengan kepercayaan itu) maka kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.”
Mengamalkan perkara-perkara khurafat atau kepercayaan rusak adalah nyata dilarang oleh syarak di samping tiadanya manfaatnya ia bisa merusak akidah seseorang dan ia juga menambahkan amalan-amalan bidaah yang buruk. Oleh karena itu, umat Islam hendaklah melemparkan sangkaan atau kepercayaan rusak tersebut supaya kita terlepas daripada amalan-amalan yang bisa membawa kepada syirik.
Amalan Rabu Terakhir di Bulan Shafar
Al-Imam Abdul Hamid Quds (Mufti dan Imam Masjidil Haram) Dalam Kanzun Najah WasSuraar Fi Fadhail Al-Azmina Wash-Shuhaar.Banyak Awliya Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar, yang dikenal dengan Rabu Wekasan. Oleh sebab itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun. Maka barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat (Nawafil, sunnah), di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali; lalu setelah salam membaca do’a di bawah ini, maka Allah dengan Kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun. Do`a tersebut adalah:
Bismilaahir rahmaanir rahiim, Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam. Allaahumma yaa syadiidal quwa wa yaa syadidal mihaal yaa ‘aziiza dzallat li’izzatika jamii’u khalqika ikfinii min jamii’i khalqika yaa muhsinu yaa mujammilu yaa mutafadh-dhilu yaa mun’imu yaa mukrimu yaa man laa ilaaha illa anta bi rahmatika yaa arhamar raahimiin Allaahumma bisirril hasani wa akhiihi wa jaddihi wa abiihi ikfinii syarra haadzal yawma wa maa yanzilu fiihi yaa kaafii fasayakfiyukahumul-laahu wa huwas-samii’ul ‘aliim. Wa hasbunallaahu wa ni’mal wakiilu wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Wa shallallaahu ta’aalaa ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya. Allahumma, Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan; Ya Allah, Tuhan Yang Mahamulia dan karena Kemuliaan-Mu itu,,,
Kejadian di bulan Shofar..
1 Shafar
- 37 H adalah permulaan Perang Shiffin antara Imam Ali dan Muawiyah bin Abi Sufyan yang memberontak kepada Imam.
- 61 H, menurut satu riwayat, kepala suci Imam Husain as diarak menuju Damaskus. Karena itu, Bani Umayah menjadikan hari itu sebagai hari raya, padahal hari itu adalah hari kesedihan dan musibah.
- 121 H, menurut satu riwayat, Zaid bin Ali bin Husain gugur sebagai syahid.
7 Shafar
Menurut riwayat Syahid, Kaf’ami, dan yang lain, hari ini adalah hari syahadahnya Imam Hasan Mujtaba, yang diracun oleh istrinya atas suruhan Muawiyah.
20 Shafar
Adalah hari Arba’in. Menurut Syekh Thusi dan Mufid, pada hari ini keluarga Imam Husain kembali dari Syam ke Madinah. Pada hari itu juga, Jabir bin Abdullah Anshari datang ke Karbala untuk berziarah kepada Imam Husain as. Dialah orang pertama yang berziarah kepada beliau. Pada hari ini disunnahkan untuk berziarah kepada beliau. Diriwayatkan dari Imam Hasan Askari, beliau bersabda, “Orang mukmin memiliki lima ciri: melakukan shalat lima puluh satu rakaat yang terdiri dari shalat wajib dan sunnah, membaca ziarah Arba’in, memakai cincin di tangan kanan, menempelkan dahi dan pipi di atas turbah (ta’fîrul jabîn) dan memperkeras bacaan basmalah.”
28 Shafar
Tahun 11 H adalah hari wafatnya Rasulullah saw, tepatnya hari Senin. Usia beliau ketika itu mencapai 63 tahun. Setelah berusia 40 tahun, beliau menerima wahyu. Setelah menerima wahyu, selama tiga belas tahun beliau mengajak penduduk Mekkah untuk bertauhid. Setelah berumur lima puluh tiga tahun, beliau hijrah ke Madinah dan di sanalah beliau meninggal dunia. Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib yang memandikan, mengafani, dan menshalati jenazah suci Rasulullah saw.
29 Shafar
Tahun 203 H, menurut Syekh Thabarsi dan Ibnu Atsir adalah hari syahidnya Imam Ali Ridha as akibat racun yang dicampurkan ke buah anggur. Umur beliau waktu itu lima puluh lima tahun dan kuburan beliau terletak di rumah Hamid bin Qahthabah di desa Sanabat di kota Thus. Di rumah itu juga Harun Rasyid dikuburkan.
Keutamaan menghadiri Majelis
**HADITS KEUTAMAAN MENGHADIRI MAJELIS DZIKIR**
"Dari Abu Sa'id al-Khudzri ra, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah sekelompok orang duduk dan berdzikir kepada Allah, melainkan mereka akan dikelilingi para malaikat, mendapatkan limpahan rahmat, diberikan ketenangan hati, dan Allah pun akan memuji mereka pada orang yang ada di dekat-Nya." (HR. Muslim)
"Dari Abu Sa'id al-Khudzri ra, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah sekelompok orang duduk dan berdzikir kepada Allah, melainkan mereka akan dikelilingi para malaikat, mendapatkan limpahan rahmat, diberikan ketenangan hati, dan Allah pun akan memuji mereka pada orang yang ada di dekat-Nya." (HR. Muslim)
Disunnahkan duduk dalam halaqah atau lingkaran dzikir, keterangannya adalah sebagai berikut:
- Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Raasulullah saw. bersabda: "Jika kamu lewat di taman-taman surga, hendaklah kamu ikut bercengerama!" Tanya mereka: "Apakah itu taman-taman surga, ya Rasulullah ?" Ujar Nabi saw.: "Ialah lingkaran-lingkaran dzikir, karena Allah Ta'ala mempunyai rombongan dari Malaikat yang mencari-cari lingkaran dzikir, maka jika bertemu dengannya, mereka akan duduk mengelilinginya."
- Muslim meriwayatkan dari Abu Sa'id Khudri dan Abu Hurairah r.a. bahwa mereka mendengar sendiri Rasulullah saw. bersabda:" Tidak satu kaum pun yang duduk dzikir kepada Allah Ta'ala, kecuali mereka akan dikelilingi oleh Malaikat, akan diliputi oleh rahmat akan beroleh ketenangan dan akan disebut-sebut oleh Allah kepada siapa-siapa yang berdiri di dekat-Nya."
- ”Dari Abu Dzar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ”Wahai Abu
Dzar. Hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari satu ayat dari
kitab Allah, lebih baik bagimu daripada kamu shalat 100 rakaat. Dan
hendaklah engkau pergi, lalu engkau mempelajari suatu bab ilmu yang
dapat diamalkan ataupun belum dapat diamalkan, adalah lebih baik
daripada kamu shalat 1.000 rakaat.” (HR Ibnu Majah dengan sanad hasan).
Tentang keutamaan lainnya dari majelis ta’klim dapat pula kita fahami dari nasehat Luqmanul Hakim kepada puteranya:
”Hai anakku, ketika kamu melihat jamaah tengah berzikir (mengingat Allah atau membicarakan ilmu) maka duduklah bersama mereka. Jika engkau pandai, maka bermanfaatlah ilmumu, dan jika engkau bodoh, maka kau dapat menimba ilmu dari mereka. Sedangkan mereka mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan rahmat Allah, sehingga engkau akan memperoleh bagian pula.
Dan jika kamu melihat kelompok yang tidak berzikir, maka hati hatilah, jangan mendekati mereka. Jika engkau pandai tiada manfaat ilmu yang ada padamu, sedangkan jika engkau bodoh, maka itu akan menambah kesesatanmu. Ada kemungkinan mereka akan menerima marah Allah, sehingga engkau akan ikut tertimpa marah Nya”.
Dari Umar bin Khotob, Rosululloh saw telah bersabda:
“Orang yang berjalan menuju majelis Ta’lim, maka setiap langkahnya bernilai seratus kebaikan dan jika dia duduk dengan ulama tersebut serta mendengarkan apa yang dikatakannya, maka setiap kalimatnya bernilai seratus kebaikan”. [Kitab Riyadhushsholihin, Imam Nawawi] - Ketaqwaan itu berada didalam hati karena Allah SWT tidak melihat kepada rupa kita atau amal perbuatan kita akan tetapi Allah SWT hanya melihat kepada hati dan niat kita oleh karena itu banyak-banyaklah kita berniat baik terutama dimajelis-majelis ilmu, karena berapa banyak orang yang datang ke majelis ilmu dengan membawa dosa yang banyak dan membawa murkanya Allah SWT tetapi ketika mereka pulang telah diampuni dosanya dan mendapatkan keridhoan dari Allah SWT. Apalagi dimajelis tersebut dibacakan solawat atas Nabi Muhammad SAW karena bacaan solawat yang kita baca itu menjadi sebab hidayah dari Allah SAW dan istigfar atau permintaan ampun dari para malaikat bagi orang yang membaca shalawat.
Minggu, 02 November 2014
Ketika Hati Lelah Berdoa
Ketika Hati Lelah Berdoa
Terkadang kita kehilangan rasa untuk
mengulang-ulang doa yang sama untuk kesekian puluh atau mungkin ratusan
kalinya. Terkadang hati merasa lelah putus asa bahkan malu untuk
mengulang-ulang doa yang sama. Tapi, tahukah kita, Allah yang maha Penyayang tidak
pernah lelah mendengarkan dan menjawab setiap doa hamba-hamba-Nya yang beroa
khusyuk penuh dengan keyakinan.
Ada kalanya kita merasa betapa
doa-doa yang dilantunkan tidak kunjung menunjukkan titik terang. Kita mencoba
bersabar dan terus melantunkan doa yang sama. Bertahun-tahun mengulang-ulang
doa yang sama, namun Allah SWT ternyata masih menunda pengabulannya. Terkadang
timbul rasa malu dan ingin menangis. Mengapa Allah SWT belum juga mengabulkan
doa ini? Padahal hati sungguh berharap banyak.
Bukankah Allah SWT telah berjanji
dalam firman-Nya :
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Ku
perkenankan bagimu..” (QS Al-Mukminin :60)
Lalu, mengapa doa yang terus
diualang-ulang belum juga menemukan jawaban? Untuk menjawab pertanyaan ini ada
baiknya kita kembali mengevaluasi diri. Mungkin caranya yang belum sesuai
syariat Allah SWT, mungkin keyakinan dalam hati masih kurang atau boleh jadi
ikhtiarnya yang belum sungguh-sungguh.
Ibnu Qayyim Al Jauziah dalam bukunya
“Terapi Penyakit Hati” mengatakan bahwa doa dalah senjata. Kekuatan senjata
tidak semata terletak pada ketajamannya. Akan tetapi juga pada pemakainya. Jika
senjata yang tajam ini digunakan oleh tangan yang kuat dan dengan cara yang
benar, maka ia akan mampu menghancurkan apa yang dituju pemakainya.
Jadi, bagaimana cara kita selama ini
dalam menggunakan senjata tersebut? Sudahkah benar caranya? Sudahkah dilakukan
dengan kekuatan penuh?
Mengapa Doa Belum Dikabulkan?
Menurut Ibrahim bin Adham, ada
sepuluh alasan mengapa doa seorang hamba tertolak, yaitu :
1. Mengaku mengenal Allah SWT, tapi
hak-hak Allah SWT tidak dipenuhinya
2. Mengaku mencintai Rasulullah SAW,
tetapi sunnah-sunnahnya diabaikan
3. Membaca Al-Qur’an, tetapi isi
yang terkandung di dalamnya tidak diamalkan
4. Mengaku bahwa syaitan adalah
musuh yang nyata, tetapi tetap megikuti jalan sesatnya
5. Setiap saat berdoa meminta
perlindungan dari siksa neraka, tetapi pada saat yang sama justru melakukan
amalan ahli neraka.
6. Setiap saat berdoa agar
dimasukkan ke dalam surga, tetapi enggan beramal untuk mendapatkannya
7. Selalu sibuk menghitung aib orang
lain, sementara aib sendiri dilupakan
8. Percaya bahwa kematian itu pasti
datang, tetapi tidak sedikitpun mempersiapkan idiri untuk menghadapi
kedatangannya
9. Ikut menguburkan orang-orang yang
mati, teteapi tidak sedikitpun mengambil pelajaran dari peristiwa kematian
tersebut.
10. Setiap saat memakan rezeki dari
Allah SWT, tetapi selalu absen bersyukur atas rezeki yang diberikan tersebut.
Astaghfirullaha’azim, adakah hal-hal
yang disampaikan oleh Ibrahim bin Adham tersebut terjadi pada diri kita?
Oleh karena itu, ketika berdoa kita
tidak kunjung dikabulkan oleh Allah SWT. Jangan buru-buru berburuk sangka pada
Allah SWT. Jangan salahkan Allah SWT yang belum memenuhi janji-Nya, akan tetapi
jadikan ini sebagai alarm atau pengingat bagi kita untuk segera mengoreksi
diri. Mungkin salah satu atau lebih dari apa yang disampaikan oleh Ibrahim bin
Adham diatas ada pada diri kita. Namun demikian, jangan berhenti
berdoa. Teruslah berdoa sambil memperbaikai diri. Perbaiki adab-adab kita dalam
berdoa. Perbaiki amalan kita, perbaiki diri kita. Sehingga doa-doa kita layak
dikabulkan oleh Allah SWT.
Ketahui Rahasia Terkabulnya Doa
Ketika doa tak kunjung terjawab,
sesungghnya Allah SWT sedang mengingatkan kita agar semakin cerdas dalam
berdoa. Jangan berhenti! Mari sama-sama kita cari rahasianya agar doa-doa yang
kita lantunkan segera mendapat jawaban terbaik dari Allah SWT.
Sesungguhnya Allah SWT Yang Maha
Penyayang telah menurunkan Al-Qur’an dengan lengkap dan sempurna. Al-Qur’an
sudah mengungkapkan semua rahasia kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia,
termasuk rahasia terkabulnya doa.
Coba kita simak firman Allah SWT
dalam ayat berikut :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanaya kepadamu tentang Aku, kana (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah : 186)
Dalam ayat diatas Allah SWT, bisa
kita temukan rangkaian kunci-kunci rahasia terkabulnya doa. Apa saja
kunci-kunci rahasia tersebut?
1. Ihsan
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat"
Dalam berdoa kita harus berlaku
ihsan. Ihsan artinya merasakan kehadiran Allah SWT dan jika tidak mampu
demikian hendaklah kita yakin bahwa Allah itu ada dan sedang memperhatikan
permohonan (doa) yang kita lantunkan. Pengertian sederhananya adalah
menghadirkan hati ketika berdoa. Tau benar dengan apa yang kitaminta dan yakin
bahwa Allah SWT sedang mendengarkan permintaan kita.
2. Bersungguh-sungguh
“Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”
Ketika berdoa hendaklah dilakukan
dengan cara bersungguh-sungguh dan kyusuk. Karena Allah SWT hanya akan
mengabulkan doa orang-orang yang benar-benar berdoa pada-Nya, yakni doa orang
yang khusyuk.
3. Bertaqwa
“Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah)Ku”
Ketika berdoa sesungguhnya kita
sedang berharap pada Allah SWT. Bagaimana mungkin kita berharap sesuatu kepada
Allah SWT sementara kita selalu mengingkari perintah-Nya. Karenaya, mari terus
meningkatkan ketaqwaan pada Allah SWT.
4. Beriman
“hendaklah mereka beriman kepada-Ku”
Beriman disini maksudnya adalah kita
harus yakin dengan sepenuhnya bahwa Allah Maha mengabulkan permohonan setiap
hamba-Nya. Teruslah berdoa dengan penuh keyakinan. Hilangkan keragu-raguan dari
dalam hati. Mungkin, doa yang kita lantunkan tidak langsung dijabah oleh Allah,
namun yakinlah Allah SWT lebih tahu kapan saat yang tepat untuk mengabulkan doa
kita.
5. Istiqamah
“agar mereka selalu berada dalam
kebenaran”
Allah SWT menghendaki kita terus
istiqamah dalam kebenaran. Jangan berhenti memperbaiki diri ketika doa sudah terkabul.
Tapi teruslah istiqamah dalam keimanan dan ketaqwaan. Karena sesungguhnya kita
tidak pernah bisa berlepas diri dari eahmat dan pertolongan Allah SWT. Manusia
hanyalah mahluk lemah yang senantiasa membutuhkan pertolongan dari Allah SWT.
Jangan Lelah, dan Jangan Berhenti!!!
Ketika doa tak kunjung terkabul dan
hati mulai lelah berdoa, mari sejenak beristighfar kepada Allah SWT memohon
ampun pada-Nya...
Mungkin Allah ingin mengampuni
dosa-dosa kita dengan menunda pengabulan doa tersebut..
Mungkin Allah ingin menggantinya
dengan hal yang lebih baik..
Mungkin Allah ingin memberikannya di
waktu lain yang lebih tepat..
Apapun dan bagaimanapun jawaban atas
doa-doa kita, yakinlah sesungguhnya Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi kita.
Teruslah berbaik sangka pada-Nya. Teruslah berdoa, jangan mereasa lelah, dan
jangan berhenti...
Karena tidak akan pernah rugi setiap
hamba yang bergantung pada Rabb-Nya...
Wallahu’alam
Referensi:
- Al-Jauzi, I. Q. 2009. Terapi Penyakit Hati. Qisthi Pres. Solo.
- Labib, M.Z. tt. Pedoman Doa dan Dzikir Mujarob. Anugerah. Surabaya.
Nasehat ketika putus asa
“Tidak ada satu rizki yang ALLAH berikan kepada seorang hamba
yang lebih luas baginya daripada sabar.” (HR. al-Hakim)
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Ukhtiy.. Dalam perjalanan hidup ini.. Selalu ada masa rapuh, gagal, sedih, dan putus asa.. Masa itu..
Ialah
ketika rasanya badan telah remuk dalam juang. Hati telah tersayat-sayat
dalam sabar. Kepala berdenyut dalam lelah. Seluruh daging terasa pegal
dalam keletihan. Keringat telah mengering sebelum sempat tangan menyapu.
Bahkan mungkin, air mata telah tersihir menjadi sungai..
Itulah cerita bagi kita, yang kadang lelah berjuang, dalam mempertahankan semangat dan keyakinan. :)
“Iman terbagi dua, separuh dalam sabar dan separuh dalam syukur.” (HR. Baihaqi)
Saudaraku, memang kadang cerita kita tak sama dengan mereka yang terlihat lebih beruntung dari kita. Mungkin terasa, cerita
sedih selalu menyempatkan diri mampir di kehidupan kita. Entah dengan
cara yang tak biasa, atau tiba-tiba saja datang tanpa peringatan. Entah
berupa tak ada uang, tak ada teman, tak ada keberhasilan, atau sekadar
tak ada alasan untuk tersenyum.
Kadang,
kita merasa apa yang kita perjuangkan tak kunjung menampakkan wujud.
Apa-apa yang kita lakukan sia-sia saja. Rasa itu kadang muncul, entah
dalam bentuk kegagalan (keberhasilan yang belum tampak), ketidakhirauan
khalayak, cemoohan mulut manusia lain, atau mungkin hinaan. Atau fitnah.
Terlebih-lebih..
Ketika kita telah berusaha sekuat tenaga melakukan yang terbaik, mata
kanan manusia lain selalu saja tertutup untuk menilainya dengan baik
pula. Walau kita tahu, tidak ada alasan untuk berhenti berniat dan
berbuat baik, walau dunia tidak berpihak. Tapi mungkin, rasa lelah dan
bosan itu selalu punya cara merasuki hati dan pikiran kita.
Kadang,
kita merasa tiada teman untuk berbagi. Tiada teman yang mengerti apa
yang kita rasa. Tiada teman untuk sekadar dipinjam pundaknya. Semua
masalah dan pikiran seakan-akan mengelindan jadi satu di kerangka kepala
dan rongga dada kita. Sendirian kita menanggungnya..
Lalu, bersedih adalah cara terwajar yang kita lakukan dalam menghadapi semua alasan untuk mengatakan, “Ah.. Aku lelah..”.
Saudaraku
yang baik, selalu ada ALLAH Yang Mahabijak. Selalu ada ALLAH. Insya
ALLAH. ALLAH Maha Penyayang, dan cara ALLAH menyayangi berbeda dengan
cara manusia. Dari jumlah yang tak terbilang, setiap hamba-Nya ini
disayangi-Nya dengan cara-Nya. Khusus. Eksklusif. Dan kadang
menghadirkan kejutan yang tak pernah mampu kita nyana.
Dan jika ALLAH Mencintai, semuanya terasa indah, bersama-Nya.. :)
Begitu
pula dengan yang hendak ana sampaikan. Mungkin, rasa lelah yang kerap
datang menghampiri sela perjuangan ini adalah bentuk kasih sayang ALLAH
pada kita. Mungkin, rasa rapuh menghadapi kegagalan adalah bentuk kasih
sayang ALLAH pada kita. Dan mungkin, rasa sedih karena merasa sendiri
juga bentuk kasih sayang ALLAH pada kita. Bentuk itu dianggaikan dalam
lima huruf paling tulus; rindu..
ALLAH
rindu kita menyebut nama-Nya ketika lelah, rapuh dan sedih datang
bertandang. ALLAH rindu wangi hamparan sajadah malam kita ketika napas
terasa berat dan sesak. ALLAH rindu, pada kerinduan kita pada-Nya ketika
cerita hidup macam tak berpihak pada kita..
“Pergilah pada hambaku lalu timpakanlah berbagai ujian padanya karena Aku ingin mendengar rintihannya.” (HR Thabrani dari Abu Umamah)
Begitulah, Saudaraku.. Cara ALLAH menyayangi kita. Rintihan perih dalam sedih, bisa jadi bentuk cinta yang nyata dari-Nya. Bentuk kerinduan. Bentuk kasih sayang Yang Maha Penyayang.. :)
Mungkin
baik kita perhatikan sejenak sekitar kita. Mungkin ada, yang sepertinya
tak perlu berusaha banyak untuk dapat meraih sebuah kata sukses.
Mungkin ada, apa-apanya dia punya, tinggal kedip mata. Mungkin ada, yang
sangat mudah mendapatkan apa yang hampir tak mungkin kita dapatkan.
Sedih? Mungkin..
Tapi
mungkin, ALLAH membiarkannya berbahagia di dunia? Entah itu bentuk
ujian ALLAH untuknya? Apa masih mampu ia menebalkan iman di dada ketika
semua kesenangan telah ada di depan mata? Apa ia masih ingat untuk
bersyukur dengan berbagi? Entah.. Mereka yang tahu jawabannya.
Lantas,
mungkin begitu pula cara ALLAH menjamin tiket syurga untuk kita? Dengan
ujian yang mungkin ‘terasa’ jauh lebih berat dari yang lain? Dengan
cerita yang jauh lebih perih dari yang lain? Dengan kisah, di mana
ingatan hamba selalu pada-Nya? Maka bukankah itu tandanya Ia sayang pada
kita, Saudaraku?
Bagaimana
dengan mereka yang hatinya tak pernah ALLAH ketuk barang sekali? ALLAH
biarkan mereka terlena dengan kesenangan dunia, dengan kekosongan iman
di dadanya. ALLAH tak pilih mereka untuk menikmati nikmat terindah;
Islam. ALLAH pilih kita, untuk sebuah janji yang nyata dari-Nya;
syurga..
Ah..
Bolehlah ana ingatkan, diri antum dan diri ana pribadi. Mari kita
bersyukur.. Setiap tangkai kisah hidup selalu punya makna. Selalu ada
rahasia di balik cerita yang dirangkai-Nya. Maka cerita kita sekarang
adalah sebuah nyana bahwa ALLAH masih peduli, masih berkenan mengurusi
kita. Masih berkenan mengasah kesabaran, keikhlasan, kekuatan, keimanan
dan ketaqwaan kita. Masih merindu, masih menyayangi kita..
Namun mungkin, dengan cara yang berbeda.. :)
Yuk,
mari kita bangkit. Mari kita semangat. Apapun yang terjadi jangan
pernah rasa putus asa kita biarkan bersarang di hati kita. Mari kita
haramkan air mata keputusasaan menggantikan air mata kesedihan. Mari
kita tanamkan di hati kita.. Bahwa..
“Laa tahzan.. Inallaaha ma’ana..” (Q.S. at-Taubah:40)
Semoga bermanfaat :)
-Nur Khafidi. Senin, 10 Muharram 1436 H-
Langganan:
Postingan (Atom)